Rabu, 29 Desember 2010

Metode Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi

Pengambilan keputusan dalam berorganisasi merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam berorganisasi. Dalam hidup berorganisasi yang etrdiri dari beberapa individu yang memiliki cara pandang serta pemikiran yang benerka ragam. Perlu adanya suatu kata mufakat agar organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu diperhatikan proses pengambilan keputusan dalam berorganisasi. Adapun metode atau proses pengambilan keputusan dapat kita tembuh malelui langkah-langkah berikut:
A. Identifikasi masalah
Dalam mengambil suatu keputusan, terlebih dahulu kita harus mengetahui selub belu permasalahan yang akan kita selesaikan. Agar tidak terkadi kesalahan dalam engambilan keputusan.
B. Mengambil alternative keputusan
Setelah kita mengetahui akar permasalahan yang tengah dihadapi, maka selanjutnya kita akan mengambil beberapa alternative pemecahan masalah terbaik yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
C. Penentuan / pengambilan keputusan
Pada tahap ini, beberapa alternative penyelesaian masalah dirundingkan secara mufakat untuk mengambil keputusan terbaik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dalam pengambilan keputusan ini, dilakukan secara mufakat agar tidak merugikan pihak manapun.
D. Pengawasan terhadap keputusan yang telah di ambil
Setelah keputusan di ambil, tidak serta merta semua masalah telah dipercahkan. Namun kita perlu mengawasi bahwa keputusan yang telah di ambil secara mufakat tersebut dijalankan sampai suatu masalah tersebut diselesaikan.
Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam organisasi adalah dengan melihat bagaimana suatu organisasi menggunakan metode-metode tertentu untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam dataran teoritis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus).
a. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik
atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
b. Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.

c. Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan.
d. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
• jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
• tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
• kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Berikut secara singkat dapat dijabarkan proses pengambilan keputusan dalam organisasi.

Masalah -> perumusan masalah -> pengumpulan Informasi -> perumusan informasi -> musyawarah/rapat -> pengambilan keputusan -> pelaksanaan keputusan -> pengawasan pelaksanaan keputusan -> laporan pelaksanaan keputusan -> kesimpulan.
Dalam proses ini melibatkan rating dalam organisasi, dimulai dari rating yang paling bawah/low level, menengah dan top level atau pemimpin organisasi tersebut.
Low level —pelaksana keputusan dan pemberian masukan mengenai kondisi,
Mid level —perumusan informasi menjadi data. Dan pengawasan keputusan.
Top level —pengambil keputusan.
Dalam hal ini jabatan secara khusus tidak penulis cantumkan karena organisasi memiliki caranya masing-masing dalam menamai jabatan tingkatan level tersebut, namun pada intinya secara umum mempunyai kesamaan seperti tingkatan yang sudah dijabarkan diatas.

DAMPAK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
Tidak penulis pungkiri segala sesuatu keputusan yang diambil dituntut harus berdampak baik bagi organisasi, namun tidak selamanya keputusan itu akan berdampak baik, satu hal yang dapat kita lakukan adalah meminimalkan dampak negative yang akan timbul akibat pengambilan keputusan tersebut.

Dampak positif.

Tentu saja dampak yang positive adalah dampak yang dapat mensejahterahkan organisasi tersebut namun penilaian yang dianggap sejahtera itu haruslah yang adil dan mendidik agar menjadi arif dan bijaksana,
Memang salah satu patokan untuk menyatakan keberhasilan suatu organisasi adalah materi, namun
Bagi sebagian pemimpin organisasi mengandalkan materi dalam menjadikan patokan kesejahteraan organisasi tersebut, lalu ia memberi materi berupa apaun agar supaya ia dapat menjadi pemimpin organisasi tersebut, hal demikian memang jikalau dilihat dari materi memang kelihatanya mensejahterahkan organisasinya namun sesungguhnya cara-cara yang mengedepankan materi seperti ini tidaklah mendidik yang baik sama sekali justru hanya akan mendidik yang tidak baik, sehingga akan membentuk watak-watak pengemis yang hanya biasa meminta dan meminta jikalau anda ingin diangkat menjadi a, b, c dan lain sebagainya. Yang pada ujungnya akan tanpa disadari kebiasaan itu akan menjadi budaya yang menghancurkan.

Dampak negative.

Kebijakan yang diambil yang dianggap tidak sepaham dengan sesama anggota kerapkali dapat berakibat perpecahan, pembodohan dan yang paling parah adalah menceraiberaikan organisasi tersebut atau membawa situasi organisasi tersebut kedalam suatu konflik intern maupun extern.dengan kata lain dapat ditulis dampak negative dapat berupa :

1. Perpecahan.
2. Pembodohan.
3. Egoisme dll.

Tidak ada komentar: